Minggu, 22 Mei 2016

Si Klise: Anyelir

Apa kabarku?

Luar biasa.

Ada banyak yang ingin saya ceritakan. Tapi sejak laptop kembali bermasalah, saya tidak akan bercerita banyak. Intinya,  saya sudah banyak mencoba studio jamming di Banda Aceh, sudah bergabung dengan Unizon Band, dan sedang dalam masa sulit tentang melunasi jadwal final kuliah.

Tapi bukan itu yang terpenting. Dari segalanya, saya tertarik untuk bercerita tentang sosok lelaki yang membuat saya tertegun.



Lelaki ini, sebut saja Anyelir, bukanlah orang biasa. Maksud saya, Anyelir memiliki semangat tentang perubahan. Jadi dia punya sesuatu yang membuatnya terlihat penting di lingkaran sosial kampus. Dia terlihat dingin, mengerikan, keras kepala dan tegas. Tapi dibalik itu semua, dia baik, humoris, jahil dan tampan.  Orang-orang menyukainya karena dia tampan.

Saya tidak bilang saya menyukainya karena dia tampan. Dia memang tampan. Tapi tampan bukan sesuatu yang membuat saya tertarik. Dan saya tidak akan bercerita tentang hal-hal klise seperti yang penggemarnya lakukan di luar sana. Saya benci hal-hal klise.

Saya mudah terpesona oleh semangat tentang impian, target, proyeksi masa depan, paradigma baru, pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya. Saya mudah penasaran. Karena rasa penasaran membuat kita berkembang, membuat kita menjadi sosok yang lebih baik. Dan ketertarikan saya terhadap sesuatu atau seseorang biasanya dimulai dengan rasa penasaran dari aura yang mereka radiasikan, bukan tentang wajah mereka. FYI, setiap benda yang memiliki suhu diatas -237K akan memancarkan energi radiasi. Anyelir juga memancarkan energi radiasi. Energinya cukup besar.

Anyelir memiliki sesuatu yang membuat saya penasaran. Ada suatu masa di mana saya sedang sangat fokus mengejar mimpi-mimpi saya, dan diantara perjalanan menuju itu, Anyelir ada di dalam lingkaran itu. Sebelumnya saya tidak mau terlibat dalam lingkaran yang dimilikinya dalam bentuk apapun.

Jadi saya memperhatikan apa yang sudah ia lalui. Perubahan apa yang sudah dituntaskannya. Seberapa besar efek positif yang dia tebar. Seberapa penting keterlibatannya. Saya membutuhkan waktu satu bulan untuk menganalisanya, dan setelah saya endapkan tulisan ini selama satu malam sambil bernyanyi-nyanyi lagu Nawaitu-nya Terry, saya mengambil garis besar tentang Anyelir. Observasi saya selesai.

Baiklah, sayangnya Anyelir, keberadaanmu belum membuat perubahan yang berarti. Ada beberapa lubang yang belum ditimbun, ada beberapa petak yang belum kamu suburkan, dan ada beberapa reretakan yang belum kamu poles. Terus terang saya berharap banyak tentang proyeksi masa depan yang kata teman-teman akan dicerahkan olehmu. Tapi kelihatannya belum seberarti itu. Belum sehidup itu. Sangat disayangkan...

Mungkin segalanya memang tidak semudah yang saya bayangkan. Well  mengingat Anyelir juga bukan orang yang verbal, mungkin itulah kelemahannya. Saya punya teman yang tidak verbal juga, tapi kemudian saya menganjurkannya untuk banyak membaca agar menambah tabungan kata, memaksa diri untuk berani mengungkapkan maksud dikelas, menjawab pertanyaan atau pun bertanya,  berinteraksi dengan orang-orang dan sering-sering mendengar radio atau berita tentang bagaimana cara/gaya berbicara yang menarik. Mungkin Anyelir harus mencoba cara itu. Karena teman saya sudah mendapatkan perubahan yang signifikan. Yang sangat disayangkan adalah jika kemampuan verbal seseorang tidak meningkat.

Untungnya, Anyelir mempunyai semangat dan fokus yang cukup bagus. Meskipun hasilnya tidak memuaskan, usaha dan proses yang telah dilalui patut diacungi jempol. Saya tidak tahu apakah diluar kampus ia seserius kelihatannya.

Dan prinsip.

Anyelir terlihat mempunyai prinsip.

Dari Les Giblin yang menulis buku tentang psikologi dalam bersosialisasi (read: saya lupa judulnya), dia menekankan tentang prinsip. Orang-orang menyukai seseorang yang berprinsip. Stephen R. Covey juga mengungkapkan betapa pentingnya berprinsip dalam kehidupan di bukunya yang berjudul The Seven Habits of Highly Effective People. 

Ini hanya penilaian sederhana yang saya lakukan selama sebulan tentang Anyelir. 

Akhirnya rasa penasaran saya terobati.

Ngomong-ngomong jika kamu merasa kamu adalah Anyelir, berarti hutang saya telah lunas ya. Saya telah menjawab yang Anyelir tanyakan beberapa bulan lalu--meskipun secara garis besar.

"Hidup cuma 1 kali. Tidak ada yang namanya reinkarnasi. Adanya surga atau neraka. Maka hidupkanlah hidupmu. Jangan lupa bangun rumah juga di Surga ya--Risty Angelia."

9 komentar:

  1. Kecee kaliii. Lanjuutkan πŸ‘πŸ‘✊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap! Lanjutkaan!! πŸ™πŸ™πŸ™ hehehehe

      Hapus
  2. Hidup risty hidup ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hidupp kak cut imoeett hidupppπŸ™ŒπŸ™ŒπŸ™ŒπŸ™ŒπŸ™Œ

      Hapus
  3. Baca kata anyelir teringat ruangan drmah sakit 😁😁😁
    Btw tulisannya tsaddeeesss πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anyelir.. Eh iyaa rumah sakit wkwkwk
      Kok horor yaa bg kata 'tsaddeeesss'nyaa πŸ˜‚πŸ˜‚

      Hapus
  4. Kecee kali bikin org greget bacanya πŸ˜€

    BalasHapus
  5. Kecee kali bikin org greget bacanya πŸ˜€

    BalasHapus
  6. Greget bg?πŸ˜‚ kaya gigit2 pensil dong greget😜 wkwk

    BalasHapus