Hai, K.
Listrik baru saja menyala lima belas menit yang lalu sebelum
aku mulai memberanikan diri menulis ini. Aku menemukan sampul laporan praktikum
Mekanisasi Pertanian terdampar tak berdaya di sebelah kiri laptop. Ada logo
universitas kita yang tertempel di tengahnya.
Kita.
Ya ampun. Janggal ya, K.
Oke. Oke.
Karena itu terdengar aneh, mari kuralat.
Aku menemukan sampul laporan praktikum Mekanisasi Pertanian
terdampar tak berdaya di sebelah kiri laptop. Ada logo universitas yang
tertempel di tengahnya.
Kalau tidak salah, saat aku dan kawanan praktikan lab
menyusuri gerbang fakultas siang tadi, aku menangkap segerombolan mahasiswa dengan
cardigan oranye terang memakai brotopi.
Papaku pernah memakai satu yang seperti itu dan tetap menyimpannya di lemari
pakaian setelah lima tahun berlalu. Warnanya abu-abu dengan garis-garis kuning
stabilo dan oranye terang, seingatku. Benda seperti itu yang tetap menyala di kegelapan
‘kan, K. Dan gerombolan cardigan oranye dan brotopi
itu terlihat—seperti—persis di depan Balai Pelatihan Konstruksi kalian. Kalian.
Aku berniat untuk memastikan sekembalinya dari FPL (Fakultas
Pertanian Lama) setelah melakukan praktikum tentang Radiasi Matahari
menggunakan Solarimeter rakitan mahasiswa IPB. Tapi semuanya jadi buyar.
Aku malah pergi menyongsong kawanan lain setelah melakukan pengukuran pada Pohon Glondongan Tiang, bergegas memasuki laboratorium agar tak dikeluarkan oleh Laboran, atau dipermalukan di depan orang-orang. “Orang-orang” yang kumaksud itu sebagian besar mahasiswa jurusanku, dua orang abang leting 14, dan tiga orang asisten lab yang salah satu diantaranya berasal dari jurusan Agroteknologi. Kembali ke intinya, di puluhan langkah yang kuambil saat kembali itu, aku menyadari aku jadi lupa, K. Aku lupa untuk jadi penasaran dengan gerombolan anak teknik itu lagi, jadi lupa menebak-nebak apakah diantaranya adalah kamu, atau semacamnya.
Aku malah pergi menyongsong kawanan lain setelah melakukan pengukuran pada Pohon Glondongan Tiang, bergegas memasuki laboratorium agar tak dikeluarkan oleh Laboran, atau dipermalukan di depan orang-orang. “Orang-orang” yang kumaksud itu sebagian besar mahasiswa jurusanku, dua orang abang leting 14, dan tiga orang asisten lab yang salah satu diantaranya berasal dari jurusan Agroteknologi. Kembali ke intinya, di puluhan langkah yang kuambil saat kembali itu, aku menyadari aku jadi lupa, K. Aku lupa untuk jadi penasaran dengan gerombolan anak teknik itu lagi, jadi lupa menebak-nebak apakah diantaranya adalah kamu, atau semacamnya.
Well.., itu langkah
awal yang bagus sih. Hehe.
Jadi begini, aku akan lebih sering menghadiri kuliah-kuliah
(bukan berarti aku jarang kuliah dulu—tapi akan selalu ada kuliah pukul dua
belas sampai dua siang), praktikum-praktikum, seminar-seminar, acara-acara
himpunan dan UKM, lomba-lomba kemahasiswaan maupun di luar kemahasiswaan,
mondar-mandir di perpustakaan demi laporan-laporan dan paper-paper yang sialan
itu. Yang meskipun membuat sistem perncernaan tidak lagi memetabolisme
karbohidrat sejenis nasi, aku akan
mendapati diriku tidak menyadari kalau aku lupa.
Mendapati diriku lupa kalau aku ‘lupa’.
Karena begitulah yang namanya kehidupan normal, K.
Walaupun ini bukan
salah satunya.
Dan suatu hari kamu akan menemukan aku tidak lagi menulis
segila ini.
Ya kan pelan-pelan prosesnya. Hehe.
Oh ya.
Aku baru ingat kalau sudah dua tahun sejak ketiadaan Abimu.
Ini sudah bulan Maret, mungkin sudah lewat sejak hari peringatan kematiannya. Tapi,
jika itu diperbolehkan untuk membayangkan beliau, aku yakin dia akan mengamati
manik matamu dalam-dalam, mengelus pundakmu dalam beberapa kali sapuan hangat
sambil mengulum senyum jenaka.
Dan mungkin pada saat-saat itu, kamu akan menemukan dirimu setengah dari dirinya. Dengan kemiripan-kemiripan dari keluarbiasaan gen.
Dan mungkin pada saat-saat itu, kamu akan menemukan dirimu setengah dari dirinya. Dengan kemiripan-kemiripan dari keluarbiasaan gen.
You’ve done well, K.
You’ve done better.
Dengan segala semangat dan ketegaran yang tidak siapa pun
punya, tentang makna bertahan.
Jadi, tetaplah menjadi pengganti sosok Ayah, K. Yang hangat
dengan nada bicara kharismatikmu, dengan gelak tawa yang menular.
Mungkin sudah satu jam sejak aku mengedit tulisan-tulisan mentah ini. Dan berkutat dengan laporan praktikum dan paper Agroklimatologi, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Mekanisasi Pertanian, dll. Dan menekan rasa haus dari membaca tulisan-tulisan Morra Quatro tentang Nazi, Nuklir, Hukum Kekekalan Energi, dan hukum psikologi hati manusia. Dan itu menyebalkan tidak bisa membaca pikiran-pikiran Morra. Menyebalkan saat tahu kalau A.S. Laksana tidak lagi memperbarui entri-entri di blogspotnya.
Mengetahui pikiran-pikiran orang itu bagus, K. Cobalah sesekali. Tapi jangan di blogku, ya. Jangan pikiran-pikiranku. Hehehe.
Mengetahui pikiran-pikiran orang itu bagus, K. Cobalah sesekali. Tapi jangan di blogku, ya. Jangan pikiran-pikiranku. Hehehe.
Semoga beruntung untuk kita semua ya.
Well, ini benar-benar akan menjadi bulan penjajahan dalam sejarah kuliah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar